Apa yang aku pelajari selama study di luar negeri (Kanada)


Kalau diingat - ingat, dulu sebelum aku memutuskan untuk kuliah ke luar negeri, aku ngelakuin banyak banget research. Literally every single day sampai larut malam. Bukan cuma cari - cari info tentang kampus terbaik atau jurusan apa yang aku harus pilih, tapi juga bagaimana kehidupan di sini. Sayangnya, dulu yang berbagi pengalaman masih sedikit (kurang tahu juga sekarang karna aku jarang search). Jadi, kali ini aku mau share sedikit bagaimana kehidupanku sehari-hari selama berkuliah di luar negeri dan apa aja yang aku pelajari di negeri orang (Kanada).

For some people (including me), studying abroad is (was) a dream. Aku sendiri masih ngerasa mimpi karna aku masih gak nyangka orang tuaku mengiyakan aku kuliah sejauh ini (dipikir lagi aku perempuan, you know, tradition). Apakah setelah satu mimpi terwujud semuanya berakhir? Come on, ini baru di garis start!

Kenapa pilih Kanada?
Mungkin sebagian dari kalian jarang denger berita tentang Kanada, gak kayak Amerika yang setiap waktu ada aja hebohnya. Aku sendiri pilih Kanada karna... Jauh. Sepengetahuan aku ada banyak banget Indonesian di Australia / Singapore, jadi aku pengen kenapa gak sekaliah jauh - jauh aja bukannya semakin jauh semakin banyak perbedaan semakin banyak hal yang bisa dipelajari? 

Penduduk di Kanada juga gak sebanyak Australia / US jadi mereka masih welcome dengan immigrant. Tapi, it doesn't mean that it's easy to become a permanent resident. You still need to work hard and show them that kamu worth untuk mereka. That's also could be one of the reasons why I don't study in America/Australia/Singapore. Cari permanent resident di Kanada memang susah, tapi US/Aussie lebih sulit lagi.

Jurusan apa di Kanada?
Bulan April kemarin aku baru aja selesai semester 4 belajar Public Relations. 
Basically, di jurusan ini aku belajar bagaimana membangun hubungan yang baik dengan masyarakat (Humas?), communication skills, writing, social media including Twitter, Facebook, Instagram and how to blog, building your own personal brand, and many more. Aku merasa jurusan ini pas buat aku karna di sini kita dituntut untuk kreatif. At the same time, gak jarang aku merasa gak nyaman karna aku introvert jadi aku personally lebih suka di balik layar daripada ngomong di depan umum. But, you also need to remember that challenges make you grow, right?

Cerita sedikit, di semester pertama aku belajar, aku ada kelas Innovative Design. So basically di kelas ini aku belajar basic design dengan Photoshop, InDesign and Typography. Tanpa disangka - sangka, ternyata temen sekelas pada suka sama design poster aku. I received lots of compliments, padahal aku sendiri merasa kurang. Aku merasa designku biasa aja, karna selama aku design di Bali, no one gives a shit about it. Even ketika aku tunjukin design aku ke mantan aku sebelum aku submit ke professor aku, dia bilang biasa aja. Memang, orang luar negeri rasa menghargai dan appreciatenya tinggi. Dari sini aku tau ternyata aku suka design!

Apakah aku suka PR? Suka. Tapi aku (ternyata) lebih suka Graphic Design. Apakah aku drop out? Nggak. Karna aku gak mau waste $15000 hanya karna aku lebih suka hal lain. Jadi aku cari 1001 cara supaya hobi aku tersalurkan. Aku main main dengan photoshop lalu aku save untuk kepuasan aku sendiri, aku rekam dan edit banyak video dan aku nikmatin sendiri (atau sometimes aku post untuk youtube aku).

Check my last video here - Canadian trying Indonesian food in Toronto

Akhirnya, di semester 4 aku ada kesempatan menyalurkan hobi aku. Di kelas Special Event Winter kemarin, aku berpartisipasi di Art Show campus. Aku ambil bagian jadi Graphic Designer (padahal gak pernah ambil kelas Graphic Design). At that time, film Fantastic Beast and Where to find them itu baru keluar kan, jadi kita mikir kenapa gak ambil ide dari sana? Jadilah Fantastic Art and Where to Find it. 

Photographed and Edited by Yoni
Satu cerita, saat itu client aku minta tolong untuk buat food sign. Mereka pengen aku buat yang seperti ini cuma warnanya diganti jadi hitam putih. 
Dan aku bikinin yang kayak gini






Aku sendiri nggak tahu ternyata aku enjoy banget doing design. Kalau bisa dibilang, ini semua berawal dari compliments and being appreciated. I am so happy that I'm surrounded by positive people in here. I love this vibes.



Temen fotograferku dulu pernah bilang, sebenarnya banyak ada orang berbakat di Indonesia, banyak fotografer Indo yang karyanya lebih bagus dari mereka, tapi, rasa menghargainya yang kurang. He's right. That's why I like being here.

Kerja part time sambil kuliah di Kanada?
Kalau diperhatikan, temen aku yang kuliah di Indo ada banyak banget kegiatan kampusnya. Malah kadang sedikit gak nyambung dengan jurusannya (e.x jurusan psychology tapi kegiatannya nari) dan banyak lagi kegiatan lain. Sedangkan bedanya di sini, kamu cuma perlu kuliah. Gak ada kegiatan kampus? Ada. Tapi optional. 

Semester kemarin, aku cuma ada 5 kelas. Senin aku kelas dari jam 11:40 - 2:20, Selasa 12:36 - 2:20, Rabu gak ada kelas, Kamis 9:50 - 11:35 dan 12:35 - 3:15 dan Jumat 8 - 10:40. Kalian bisa lihat kalau aku kuliah satu hari satu kelas. Setelahnya? Kerja. Kuliah di sini kegiatannya gak begitu diberatkan karna mereka juga pikir orang-orang yang punya part time job untuk bayar kuliah. Kalau di Indonesia perusahaan pada ngeliat apa aja kegiatan kampus / organisasi kalian selama kuliah, di sini mereka ngelihat pengalaman apa aja yang kamu punya selagi kuliah (part time job, internship, dll). Part time di sini juga flexible. Contohnya aku kerja di Marble Slab, Senin pulang kampus, aku kerja dari jam 4 - jam kapanpun managernya mau (kadang 4 jam, kadang 6 jam) karena di sini sistem bayarannya per jam ($11.40 per jam). Tempat kerja aku selalu kirim jadwal kerja tiap Rabu, jadi saat itu aku bisa kira-kira kapan aku ada free time dan harus bener-bener kerjain semua tugas-tugas aku supaya gak keteteran.  

Yoni mixing the ice cream
Awalnya agak overwhelming, ngerasa kayak aku gak bakal bisa ngejalanin. Kuliahnya aja udah sulit. Tapi aku lihat temenku punya dua job, tapi kuliah tetep jalan. Mereka aja bisa kenapa aku nggak? Ternyata setelah dicoba, ternyata lebih sulit dari yang aku kira. But that's how we grow. If we never try, we will never know what we're capable of, right?

Sekarang aku lagi summer break, artinya aku lagi libur kuliah selama 4 bulan. Di liburan ini aku manfaatin waktu aku untuk kerja (dan berusaha rajin ngeblog, maafikan). Aku masih kerja di Marble Slab. Buat kalian yang gak tahu apa itu Marble Slab, Marble Slab itu adalah ice cream cafe yang nyediain basic ice cream, nanti kalian pilih rasa ice cream yang kalian mau, lalu aku mix / hancur hancurin diatas papan besar dimix dengan mixing sebanyak yang kalian mau (mirip Thai roll ice cream) (cek website: Marble Slab Creamery). Di Marble Slab, tugas aku bukan mix ice cream untuk kalian aja, tapi juga bikin ice creamnya (yep!), waffle cone, waffle bowl, ice cream cake, cookie dough, brownie, sampai cleaning bersihin wc jamban. So fun!

Dan itu bukan satu-satunya job aku. Aku juga kerja di Baskin Robbins. Yep, kalian gak salah baca. Ice cream lagi, Yon? You guys have no idea how much I love ice cream. Cara membagi waktu aku dengan dua pekerjaan yaitu kalau Marble Slab minta aku kerja Minggu, Senin, Jumat, Sabtu, aku kerja di Baskin Robbins hari Rabu dan Kamis. Jadi aku masih punya waktu libur sehari (Selasa). 


Jadi sebenarnya apa yang aku pelajari / manfaat dari studying abroad?

Kuliah aku belum berakhir. Masih ada setahun lagi, tapi aku rasa udah banyak banget hal yang aku pelajari di sini. Studying abroad menurut aku bukan hanya belajar di dalam kampus, tapi juga belajar bagaimana hidup dan survive di negeri orang sendiri.


1. Ketemu berbagai macam manusia dan tradisi dari berbagai belahan dunia.
Toronto terkenal multiculturalnya. Ada banyak banget bahasa di sini. Sering banget mereka pikir aku Filipino (malah ada yang langsung nyosor ngomong dengan bahasa Tagalog ke aku) karena di sini banyak banget Filipino dan sedikit Indonesian. Kalau kalian mau cari Chinese food kalian bisa ke China Town, kalau kalian mau belanja groceries Korea semacam Samyang kalian bisa ke Korea Town, atau kalau kalian mau Italian food kalian bisa ke Little Italy, dan masih banyak district lain. Penduduk di Toronto kebanyakan imigrant, jadi ini ngebuat banyak banget jenis manusia dari berbagai negara. Ini juga yang ngebuat penduduknya open minded, menghargai perbedaan dan toleransinya tinggi. Rasismenya jarang banget (jarang bukan berarti gak ada yah).

FYI, aku di sini tinggal homestay bersama orang tua asuh (semacam kost dan ibu kost gitu). Ibu kost aku sering banget terima International student. So far, flatmateku selalu friendly (gak semua), dan kenalan dengan mereka lalu share tradisi masing-masing itu seru banget. Rata-rata mereka dari Asia (Jepang / Vietnam) yang belajar bahasa Inggris ke Kanada. Ibu kostku sendiri asalnya dari Columbia, jadi kadang sedikit-sedikit aku belajar bahasa Spanyol dari dia.

Holla, como estas?


2. Gak takut mencoba hal baru.
Negara baru, suasana baru, hidup baru, kebiasaan juga harus baru. Gak gampang memang menyesuaikan dan beradaptasi dengan suasana baru. Cuaca yang dingin mampus, bahasa yang berbeda kadang kecepetan bicara bodo amat ngomong apa dan rasa makanan yang hambar gak ada pedes - pedesnya, Tapi semenjak di sini, aku lebih sering mencoba makanan baru (karena di Bali aku jarang jajan dilarang sama ibu, sering makan di rumah). Malah aku kwetiaw aja pertama kali coba di China Town Toronto. Aku merasa sangat terbelakang. Gak hanya makanan, aku juga memulai hobi-hobi baru. Siapa yang tahu ternyata Yoni suka masak (walaupun pernah hampir bakar apartement dan mendatangkan 3 truk pemadam kebakaran dan 2 ambulan)?


3. Tersesat bukan lagi masalah.
Selama ada Google Maps, everything will be alright. Dulu di Bali, aku males banget keluar sendiri. Rasanya pengen ditemenin terus. Alasannya? Malu sendiri. Di sini, no one gives a crap. Makan sendiri di restaurant? Jalan-jalan sendiri di tengah kota? Nonton film di bioskop sendiri? That's totally fine!

Di hari libur aku, ketika temen-temen aku semuanya pada kerja / kuliah, aku biasa jalan-jalan sendiri, belanja groceries sendiri, atau malah asiknya lagi thrift shopping. Malah kadang saking asiknya aku gak tahu tujuan busku ini kemana dan tersesat. But it's fun tho. Semakin kesini aku semakin merasa kita gak selalu butuh orang lain untuk bahagia karna kebahagian datangnya dari dalam diri sendiri.


4. Ternyata aku lebih mandiri dari yang aku kira.
Hidup aku di Bali dengan hidup aku di Toronto sangat berbeda 180 derajat. Kalau kalian kenal aku, kalian tahu kalau aku itu manja banget (karna anak terakhir atau karna ibu aku yang ngemanjain aku?), makan aja males sampai kurus, gak pernah nyapu kebun (btw, emang harus? Kebun loh. Kalau kamar yah aku sapu), apalagi masak? Cuci piring aja dilarang karna ibuku takut piring-piring kaca beratnya itu pecah:(. Kakakku sendiri sering geregetan kenapa aku di rumah begitu.

Tapi di Toronto? Jangan harap kamu bisa bermalas-malasan nak. Males cuci piring? Males laundry? Mau makan pake apa? Mau pake baju apa? Kamar berantakan memang gak stress? Males makan? Mau mati sendiri di negeri orang? Nope. Hidup sendiri bikin aku sadar kalau semuanya gak seinstant mie. Indomie aja perlu direbus dulu.

Gak hanya masalah hidup sehari-hari di rumah, tapi juga pekerjaan. Aku masukin semua pintu restaurant, toko baju, toko bh, coffee shop dan apapun itu sampai lupa berapa banyak, untuk ngelamar kerja. Akhirnya setelah setahun lebih mencoba, ada yang telp! Udah dapet panggilan bukan berarti langsung diterima yah. Setelah beberapa interview, akhirnya ada yang nerima aku untuk kerja. Walaupun cuma part time job dengan bayaran minimum wage, itu udah bikin aku bangga banget! Akhirnya yoni kerja.


5. It's okay to make mistakes
There is always a beginning in everything and it's okay to make mistakes. Dulu aku malu berbicara bahasa inggris di rumah. Setiap ada temen orang tua aku dari Aussie, aku selalu ngumpet di kamar karna malu bicara bahasa inggris. Tapi di sini, semua orang belajar. Kadang aku sendiri gak ngerti aku ngomong bahasa inggris apa kalau aku lagi bingung atau aku lagi marah dan cerita ke temen aku. Temen aku kadang kayak "What do you mean?" Akhirnya aku tarik nafas, lalu aku ulang lagi dengan urutan bahasa inggris yang benar. Gak seperti yang kalian kira, mereka sama sekali gak judge kalian dari bahasa inggris kalian. Mereka tahu kalau bahasa inggris bukan bahasa pertama kalian jadi wajar untuk make mistake. Mereka juga gak ragu untuk koreksi ucapan kalian (walau kadang ketawa ngeselin gitu sih, lol). Tapi kalau kalian takut terus, kapan bakalan improve? Kapan bakalan bisa?


6. It's okay to fail
Seperti yang aku bilang tadi, gak semua tempat mau nerima aku kerja. Ada banyak alasan, bisa dari resume aku yang kosong tanpa pengalaman kerja, karna aku yang tinggal terlalu jauh dari tempat mereka, atau karna aku yang kagok ketika interview. Dari kecil orang tua aku gak pernah nuntut aku ini itu, pinter di sekolah? gak perlu. SMA harus masuk IPA? gak penting. Mau berhenti SMA? terserah. Karna pada akhirnya yang bawa adalah diri aku sendiri. Mereka gak pernah / gak pernah mau bayar jalan pintas untuk anaknya (contoh: bayar masuk SMA negeri / masuk Univ favourite) karna mereka percaya kemampuan anaknya. Gagal masuk SMA negeri? Masuk swasta. Gagal IELTS? Mau coba lagi atau mau nyerah? Terserah. Tapi terserah-nya mereka ini malah bikin aku gak mau kalah. Aku belajar di sekolah, untuk diri aku sendiri (walaupun temen aku main Temple Run ketika ujian matematika), aku belajar keras bahasa inggris berusaha dapet IELTS supaya orang tua gak bayar banyak di Toronto, dll. Because they believe that I never lose, either I win or I learn. 



7. Waktu adalah uang.
Memang cliche sih. To be honest, aku masih sering procrastinating, masih sering terlambat kalau janji, sampai sering temen sekelas aku janjiin 30 menit sebelum supaya ada waktu aku untuk telat (I'm sorry guys). Nulis blog juga selalu aku undur - undur, begitu juga youtube. Memang gak ada orang sibuk, yang ada orang yang tidak menyempatkan waktu. Sekarang, Jumat jam 3:28 pagi, aku masih melek nulis postingan ini, menyempatkan waktu katanya. Tapi kalau gak sekarang, mau kapan lagi?

Bukan sekali dua kali aku terlambat. Akhir-akhir ini jam tidur aku berantakan, jadi aku selalu ngundur - ngundur waktu bangun dan pada akhirnya? Terlambat kerja. Terlambat di sini gak kayak Indonesia yang bisa gojek. Transportasi umumnya kadang lambat, belum lagi delay karna macet. Ujung-ujungnya? Uber. Gak worth it banget kan kerja 6 jam tapi harus bayar uber $11 karna gak mau terlambat sampai kerja?

8. Lebih menghargai waktu dengan keluarga.
Ketemu orang tua udah gak sesering dulu. Perbedaan waktu 12 jam bikin komunikasi makin sulit. Belum lagi kalau salah satu dari kalian sibuk. Sekalinya bisa video call, banyak banget hal yang dishare. Semua udah gak seperti dulu yang ketemu setiap hari dan sekalinya makan bareng semua sibuk dengan gadget masing-masing. Sekarang saling menyempatkan diri kontak satu sama lain. Facetiming 10 menit rasanya udah lega banget dibandingkan seminggu gak komunikasi sama sekali. Duh, Yoni jadi kangen rumah. No place like home.


8. Banyak
Aku sampai gak kepikiran lagi apa yang aku pelajari dari sini. Apa diantara kalian ada yang berkeinginan study abroad dan ada pertanyaan spesifik? Atau ada yang lagi study abroad dan pengen share pengalaman lucu kalian selama study abroad? Atau malah ada tips dari kalian yang udah graduated dari study abroad? Kalau gak keberatan kalian bisa comment di bawah, I'd loved to hear it from you guys! xx

Love from Toronto xx

Comments

Popular posts from this blog

Review: Mad About You

My first vlog is up!

Review - Clinique Beyond Perfecting™ Foundation and Concealer